Sabtu, 05 Oktober 2019


Umrah Aman dan Nyaman Bersama “Ahsanta”


Umrah merupakan salah satu bentuk ibadah umat muslim, ibadah ini dilakukan di Kota Makkah khususnya Masjidil Haram. Berbeda dengan ibadah haji, umrah dapat dilaksanakan sewaktu-waktu tanpa menunggu bulan-bulan tertentu seperti pada ibadah haji. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang antusias untuk melakukan ibadah umrah, terutama pada era digital  yang banyak menawarkan kemudahan dalam berbagai hal, salah satunya yaitu menawarkan paket perjalanan umrah yang aman dan nyaman untuk masyarakat.

Penyedia paket perjalanan umrah sering disebut sebagai travel umrah. Travel umrah ini bertujuan untuk mendampingi perjalanan jemaah dalam ibadah umrah seperti dari penyediaan tiket pesawat, konsumsi selama perjalanan umrah, penginapan, hingga moda transportasi yang digunakan jemaah untuk menuju tempat ibadah. Selain itu travel umrah juga memberikan informasi-informasi dan pendampingan kepada jemaah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan umrah.

Atas dasar fungsi yang begitu penting itulah pemilihan travel umrah perlu dilakukan dengan sangat hati-hati dan selektif karena banyak kasus penipuan travel umrah yang terjadi pada tahun-tahun belakangan ini, seperti penggelapan dana jemaah hingga kegagalan jemaah untuk berangkat ke Tanah Suci Makkah.
Terlepas dari banyaknya kasus penipuan pada agen perjalanan umrah, kita tidak boleh melupakan fakta bahwa masih banyak agen perjalanan umrah lain yang dapat dipercaya seperti biro perjalanan umrah dan haji “Ahsanta Tours and Travel”. “Ahsanta” memiliki badan hukum yang kuat, hal itu terlihat dari perizinan yang dimiliki “Ahsanta” salah satunya adalah SK yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman dan HAM No: C-09317 HT.01.01.TH.2003. Selain itu “Ahsanta” juga memiliki SIUP dari Jasa Biro Perjalanan dan Perdagangan Barang, SK dari Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah tentang izin penyelenggaraan ibadah umrah dan ibadah haji,  Serta keikutsertaan “Ahsanta” dalam Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia. Pada tahun 2016 “Ahsanta” berhasil mendapatkan ISO 9001:2015 yang merupakan sertifikat kualitas manajemen mutu berstandar internasional dari Bureau Veritas Perancis.

Biro perjalanan haji dan umrah yang berdiri sejak tahun 2003 ini memiliki 3 program utama yaitu Paket haji khusus, paket umrah dan paket halal tour (wisata islami). Selain membantu dan mendampingi jemaah dalam perjalanan umrah atau haji, “Ahsanta” juga memberikan kenyamanan kepada jemaah dengan memfokuskan diri untuk memberikan bekal akhlak dan ilmu yang bersifat rohani kepada jemaah agar memiliki pemahaman  yang baik mengenai keagamaan sehingga dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt. Pelayanan terhadap rohani inilah yang membedakan biro perjalanan haji dan umrah “Ahsanta” dengan biro yang lain.

Adapun visi “Ahsanta” yaitu menjalankan program dengan amanah dan professional dalam memberikan pelayanan prima kepada seluruh jemaah untuk mendapatkan kepuasan dan ketenangan dalam beribadah. Dari visi tersebut dapat terlihat bahwa “Ahsanta” lebih mengedapankan pelayanan kepada publik sehingga kepuasan dan ketenangan jemaah dalam beribadah lebih terjamin.

Informasi lebih lanjut mengenai biro perjalanan haji dan umrah “Ahsanta” dapat dilihat pada website resminya di www.ahsanta.comdan pada instagram @ahsantatravel. Selamat berumrah dengan aman dan nyaman bersama “Ahsanta”.

                                                                                                         Surakarta, 4 Oktober 2019 




Kamis, 03 Oktober 2019


Sepatu Mei

Mei terisak sambil berjalan menuju rumahnya. Sesampainya di dahan pintu ia mulai mengecilkan suara tangisnya dan hanya sesenggukan yang tersisa. Air matanya ia singkirkan dari wajahnya yang kusam dan mencoba untuk seriang mungkin saat menatap Ibunya. Tapi ternyata Ibunya  tidak di rumah “syukurlah aku bisa menangis dengan leluasa” pekiknya dalam hati. 

“kenapa pula mereka menghujat sepatuku, apa urusannya sepatuku dengan hidup mereka, padahal sepatuku tak pernah kupakai untuk menendang atau menyakiti mereka, kini sepatuku rusak dan bagaimana besok aku berangkat ke sekolah” ucapnya dengan pasrah. Mei tertunduk lesu, ia putus asa. Sepatunya tak mungkin lagi bisa dijahit karena sepatunya sudah menempuh lebih dari 8  kali jahitan, apalagi jika harus dilem, itu adalah hal yang sia-sia.

“Pada bulan lalu saja, tukang sol yang sering mangkal di dekat pabrik roti itu sudah hampir menyerah dengan sepatuku, mana mungkin kubawa lagi ke sana” ujarnya dengan kesal.

Mei melanjutkan tangisnya dan berpikir keras mengenai esok ia akan ke sekolah. Kemungkinan-kemungkinan buruk mulai muncul di kepalanya, ia murung di dalam kamar dan memikirkan seribu cara agar mendapatkan sepatu tanpa meminta kepada Ibunya. Dalam pikirannya, meminta kepada Ibunya akan menimbulkan proses panjang yang hanya akan menghasilkan solusi yang sama yaitu sepatu bekas, itupun entah berapa bulan yang akan datang.

Suara dahan pintu yang berdecit terdengar, ia pura-pura tidur dan menyembunyikan mata sembabnya. Ibunya hanya menengoknya sekejap dan saat Mei bangun karena tertidur, Ibunya sudah menghilang kembali.

“Maafkan aku Ibu, seharusnya aku membantumu bekerja serabutan di pasar tapi kau bilang aku masih terlalu kecil.” Ucapnya dengan lirih. Mei biasanya hanya membantu Ibunya entah membereskan rumah atau memasak alakadarnya. Tapi kini ia tak bergeming, wajahnya memuram kesal. Matanya memandangi sepatu yang hancur juga tasnya yang telah menempuh berkali-kali jahitan.

**
“Sudah jam 10 malam, kenapa Mei belum pulang juga,” ujar Ibu Mei dengan raut gelisah. Ia menyusuri jalanan tempat anak-anak bermain, di jalanan kota yang ramai, ia kesana kemari sambil memandangi orang-orang yang serupa dengan Mei, bahkan ia telah berkali-kali mondar-mandir ke pasar tapi tetap nihil.

Sesampainya di rumah, Ibunya menjadi tambah gelisah, tidak ada bekas-bekas pintu rumahnya terbuka, bahkan tidak ada sandal Mei yang biasanya terlempar di dekat kursi yang tidak empuk itu. “ah kemana anakku, harus kemana lagi aku mencarinya?” serunya sambil menahan tangis.

Saat subuh, suara dercit pintu terdengar, Ibunya terkejut bukan kepalang, tanpa berpikir panjang ia segera berlari ke ruang depan.

“Mei” seru Ibunya,

 “Iya bu”

“Kemana kamu semalam? Kenapa hingga subuh baru pulang?” Tanya ibu mei.

“Aku ke rumah temanku bu.” Mei menjawab dengan datar.

 “Teman yang mana? Kenapa tidak pamit dengan Ibu?”, Ibunya mulai menghunjai Mei dengan pertanyaan.

            “Teman yang baru kutemi semalam bu, dia baik sekali, dia mengajakku bermain dan aku dibawa kerumahnya” sahut Mei.

            “Begini Mei, kau itu perempuan, tidak sepantasnya kamu main hingga subuh begitu, kalau ada apa-apa denganmu bagaimana. Lain kali tidak usah main ke sana hingga larut malam” Kali ini Ibunya menghujaninya dengan nasihat. Mei tak bergeming, ia menuju kamar dengan kesal
**
“Ini adalah pelajaran penting yang harus kau ingat Mei” tegur Ojil dengan mata memerah, ia memang habis mabuk,  namun Mei tak menyadari itu.

“Kau harus berani, pikirkan bahwa kau ingin sepatu baru, kau tidak ingin terus menerus diinjak oleh teman-temanmukan?, ini adalah teknik dasar. Kalau kau berhasil mengambil sepatu di toko Pak Jaka kauu akan kurekrut menjadi anggota tetap” sambungnya dengan nada yang tinggi.

“Tapi Jil, itu adalah toko langgananku dan Ibuku, mana mungkin aku berani mencurinya e anu  maksudku mengambilnya” sela Mei.

“Kau itu bodoh, justru karena hubungan kalian sudah dekat maka Pak Jaka tak akan curiga padamu,”  ujar Ojil.

“tapi kalian berjanji akan menemaniku kan?” Mei kembali  menyela.

“ kami tidak akan meninggalkan kau Mei, komunitas ini adalah komunitas yang kompak dan loyal, kami pastikan besok kau bisa sekolah lagi” perintah Ojil.

“Baiklah.” Sahut Mei.

Sebelum melakukan aksinya, tubuh Mei bergetar, sorot matanya penuh dengan kekhawatiran, sebenarnya ia juga enggan melakukan aksi nekat ini tapi jika menunggu Ibunya membelikannya bisa satu tahun kedepan baru terkabul atau menunggu Ibu mendapat sepatu bekas yang mau tidak mau harus kebesaran atau kekecilan dan pasti harus dijahit dulu. ia juga sudah bosan bertemu  Pak Man , tukang sol itu selalu menurut apa kata Ibu, padahal kalau dipakai sudah tidak pantas untuk dilihat, celetuknya dalam hati.

Malam itu kebetulan toko lumayan ramai, Pak Jaka tak hanya menjual sepatu tapi juga peralatan sekolah yang lain. di sini terhitung lengkap, Mei bertingkah seperti biasa. Ia bahkan juga menyapa Pak Jaka yang sibuk dengan pelanggannya.

Saat semua sedang sibuk, Mei melihat-lihat sepatu yang sudah sejak lama ia impikan, ia berpura-pura mencari ukuran yang pas padahal yang ada ditangannya sudah pas. Ia gemetar, parasnya pucat pasi dan keringat sebiji jagung mulai jatuh dari pelipisnya. Rambutnya ia seka dan ia berusaha tenang, saat ia merasa tak ada yang melihat ia perlahan mundur teratur, ia berjalan dengan cepat hingga ke dahan pintu, sepatu itu ia himpitkan di pelukannya, dan perlahan berjalan lebih cepat tanpa menoleh ke belakang, ia merasa aksinya tidak mungkin ketahuan karena Pak Jaka dan karyawannya sedang sibuk dengan pengunjung yang lain.

Sepanjang perjalanan pulang perasannya tak karuan, berbagai pikiran buruk  mulai menghantui pikirannya. Takut kalau-kalau Pak Jaka atau karyawannya tahu bahwa ia mencuri. Sesampainya di rumah ia tak mendapati Ibunya. Ia perlahan membuka pintu dan bergegas ke kamar, ia buka sepatu idamannya dan membayangkan betapa besok pagi segerombolan pengejek itu akan berhenti mengejeknya.

Namun di keheningan malam ia ketakutan, ia mengingat apa yang ia lakukan tiga jam yang lalu, rasa gemetarnya bahkan masih terasa sampai detik ini. ia tidak  bisa tidur dan terus mengingat-ingat apa yang baru ia lakukan, tiba-tiba ia ketakutan dan berpikir untuk mengembalikan sepatu yang baru saja ia curi, tapi di sisi lain ia tak mau diejek oleh teman-temannya lagi.

Tengah malam itu Ibunya pulang ia sudah tahu kalau Mei sudah ada di kamar, ia perlahan masuk ke kamar, dan melihat Mei pura-pura tertidur, lantas ia juga pura-pura tidak tahu. Ia pandang sepatu baru yang terletak di kasur Mei.
**
“ Segeralah sarapan, hari ini Ibu ingin mengajakmu ke suatu tempat?”, ujar Ibunya pada Mei.

“ Tapi kan Mei harus sekolah bu” Sela Mei.

“ Tidak apa untuk izin sehari saja,” Kata Ibunya.

Mei hanya mengangguk pelan, ia sangat penasaran, ini tidak biasanya, bahkan hampir tidak pernah Ibunya seperti ini pada mei.

Mereka mulai berjalan menuju arah yang tidak asing bagi Mei, Ibunya mengajak ke toko sepatu milik Pak Jaka. Mei gelagapan, badannya gemetar dan berusaha berulang kali menolak ajakan Ibunya dengan segudang alasan. Ibunya tetap mengajaknya masuk, lalu menyapa Pak Jaka, Pak Jaka biasa saja. Tak ada raut kemarahan dalam wajahnya, hati mei sedikit lega, meski masih ketakutan bukan main.

“Mei kamu pilih sepatu yang mana?”  kata Ibunya.

Ia tidak kuasa menunjuk, ia hanya terdiam dan merasa sangat bersalah, Ibunya menyodorkan sepatu yang mirip dengan sepatu yang dicuri mei semalam, “ kalau yang ini bagaimana?”

Lagi-lagi mei hanya menunduk, ia tak kuasa mengangguk ataupun menggeleng. Ibunya berhenti bertanya dan menunduk pula dengan segudang rasa bersalah.

Mei memandangi wajah Ibunya, ia mengamati garis keriput yang semakin tegas tergambar di raut wajahnya, dan beberapa helai rambut putih yang tidak turut terikat dengan rambut lainnya. Semua keadaan itu, membuatnya semakin merasa bersalah. Pikirannya kembali berkelana pada kejadian tadi malam. Ia perlahan berurai air mata dan menampar pipinya berulang-ulang.

Solo, 07 Mei 2019