Tamu-Tamu Sialan
Hari-hari diliputi
kegelisahan, lamunan yang berkelana, dan caruk maruk pikiran yang coba
mengintip dan mendobrak masa depan. Aku serakah sekali, tak sabaran pula.
diberi hidup sekarang malah kesana-kemari membawa kekhawatiran masa depan. Tak mencoba
fokus dan menghadapi dengan lugu, alih-alih begitu aku justru terharu dan takut
akan masa depan yang nanti menunggu.
Kekhawatiran
demi
kekhawatiran seperti mencoba memakan kedamaian, meronta ingin
dipedulikan,
memanggil keras ingin diperhatikan. Tapi dengan kesombongan yang tumbuh
perlahan aku mencoba meladeninya, mempersilakan masuk dalam rumahku dan
mengajaknya berbicara dengan santai, tapi menjelang siang mereka tak
kunjung
pergi dan obrolan mereka semakin memanas dengan membujuk-bujukiku banyak
hal,
janji-janji kosong mereka tawarkan. Aku sedih karena aku terlena cukup
lama
untuk omong kosong ini. saat senja mulai beranjak naik, mereka malah
berbaring
di kamarku yang diterpa sinar mega oranye yang hangat. Aku tak enak hati
ingin
menendang mereka keluar, kupikir ucapanku terlalu kasar. Tapi seharian
ini
mereka mengobrak-abrik ruangan kerjaku dan seluruh jadwal harianku.
Terpulas lemas aku di
perapian, duduk dengan jengkel dan kesal. Mendung memutus mega yang cantik
dengan pikiranku yang picik untuk segera mengusir tamu-tamu bodoh itu pergi. Terserah
akan aku lempar mereka di luar sebelum hujan datang. Tapi baru 5 langkah aku
mendatangi kamarku yang berantakan itu, tiba-tiba hujan berdemonstrasi
menghujani harapan-harapan petani di gentingku yang beberapa buah bocor dan
belum kubenahi. Aku sedih bahwa lagi-lagi aku harus menambah durasi dan kebaikanku
untuk merelakan tamu-tamu sialan itu di rumahku.
Gara-gara mereka Aku jadi
tak melakukan apa-apa seharian ini. cerita pendek yang minta disambung masih
merajuk di komputerku, novel yang tinggal beberapa halaman lagi
inginkutuntaskan sudah menggantung diri di file yang kuberi nama ‘perlu
dilanjut’. Beberapa puisi harus kurekontruksi ulang karena memiliki pilihan
kata yang payah dan membuat orang
terpingkal-pingkal jika membaca padahal mereka bertema sedih dan tragis. Semua mangkrak di
komputerku yang cepat panas itu. waktu memperbaiki selalu kujerat dan kucuri
untuk bermain game semalaman dengan dalih untuk menyegarkan kembali otakku yang
mulai payah melanjutkan tulisan-tulisanku. Dan melihat film action atau komedi
sepanjang hari sebagai dalih mencari inspirasi. Apapun itu Aku benci tamu-tamu
itu, mereka datang dan bergerombol mengusik hariku. Memperpanjang angan-anganku.
Mereka datang sebagai lamunan yang hebat. Dan pergi meninggalkan ketakutan
untuk menghadapi.
Sialan harus kuusir
tamu-tamu itu sekarang juga.
Sekarang.
Tak peduli mereka mati
kedinginan di luar sana.