Kamis, 21 Juni 2018


Tamu-Tamu Sialan

Hari-hari diliputi kegelisahan, lamunan yang berkelana, dan caruk maruk pikiran yang coba mengintip dan mendobrak masa depan. Aku serakah sekali, tak sabaran pula. diberi hidup sekarang malah kesana-kemari membawa kekhawatiran masa depan. Tak mencoba fokus dan menghadapi dengan lugu, alih-alih begitu aku justru terharu dan takut akan masa depan yang nanti menunggu. 

Kekhawatiran demi kekhawatiran seperti mencoba memakan kedamaian, meronta ingin dipedulikan, memanggil keras ingin diperhatikan. Tapi dengan kesombongan yang tumbuh perlahan aku mencoba meladeninya, mempersilakan masuk dalam rumahku dan mengajaknya berbicara dengan santai, tapi menjelang siang mereka tak kunjung pergi dan obrolan mereka semakin memanas dengan membujuk-bujukiku banyak hal, janji-janji kosong mereka tawarkan. Aku sedih karena aku terlena cukup lama untuk omong kosong ini. saat senja mulai beranjak naik, mereka malah berbaring di kamarku yang diterpa sinar mega oranye yang hangat. Aku tak enak hati ingin menendang mereka keluar, kupikir ucapanku terlalu kasar. Tapi seharian ini mereka mengobrak-abrik ruangan kerjaku dan seluruh jadwal harianku. 

Terpulas lemas aku di perapian, duduk dengan jengkel dan kesal. Mendung memutus mega yang cantik dengan pikiranku yang picik untuk segera mengusir tamu-tamu bodoh itu pergi. Terserah akan aku lempar mereka di luar sebelum hujan datang. Tapi baru 5 langkah aku mendatangi kamarku yang berantakan itu, tiba-tiba hujan berdemonstrasi menghujani harapan-harapan petani di gentingku yang beberapa buah bocor dan belum kubenahi. Aku sedih bahwa lagi-lagi aku harus menambah durasi dan kebaikanku untuk merelakan tamu-tamu sialan itu di rumahku. 

Gara-gara mereka Aku jadi tak melakukan apa-apa seharian ini. cerita pendek yang minta disambung masih merajuk di komputerku, novel yang tinggal beberapa halaman lagi inginkutuntaskan sudah menggantung diri di file yang kuberi nama ‘perlu dilanjut’. Beberapa puisi harus kurekontruksi ulang karena memiliki pilihan kata yang payah dan  membuat orang terpingkal-pingkal jika membaca padahal mereka  bertema sedih dan tragis. Semua mangkrak di komputerku yang cepat panas itu. waktu memperbaiki selalu kujerat dan kucuri untuk bermain game semalaman dengan dalih untuk menyegarkan kembali otakku yang mulai payah melanjutkan tulisan-tulisanku. Dan melihat film action atau komedi sepanjang hari sebagai dalih mencari inspirasi. Apapun itu Aku benci tamu-tamu itu, mereka datang dan bergerombol mengusik hariku. Memperpanjang angan-anganku. Mereka datang sebagai lamunan yang hebat. Dan pergi meninggalkan ketakutan untuk menghadapi. 

Sialan harus kuusir tamu-tamu itu sekarang juga.

Sekarang.

Tak peduli mereka mati kedinginan di luar sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar