Jangan
Bingung di Rumah Sakit
Kunjunganku di rumah
sakit ternama hari itu cukup memusingkan, pasalnya aku sempat kebingungan
mencari ruang rawat inap saudaraku, selain karena terlalu besar ternyata aku
turun di tempat yang salah. Syukurlah ada
perawat tampan yang bersedia menjawab pertanyaanku, setelah beberapa waktu aku
memusingkan diri dengan petunjuk yang kukira-kira sendiri keabsahannya.
Setelah
lama berjalan dengan petunjuk yang kubawa dari hasil menodong seorang perawat tadi, akhirnya sampailah aku di ruangan yang kumaksud, aku juga sudah berhasil bertemu dengan saudaraku. Tapi dalam pikiranku
berkecamuk berbagai hal bahkan hal yang bodoh sekalipun, seperti “ mengapa
jalan di rumah sakit sangat licin? Padahal setiap orang yang ke sini rasanya
hendak berlari-lari ingin segera
berjumpa dengan sanak saudara yang sakit, tapi karena lantai yang
begitu licin langkah kami tentu
terhambat, karena kalau tidak, siap-siap
ditertawakan banyak orang. Dokter maupun
perawat sekalipun bukankah mereka juga seharusnya lari-lari takut pasien mereka
kenapa-kenapa” namun jangan di anggap serius ini hanya praduga konyolku saja.
Setelah aku memutuskan untuk pulang, saat aku bersiap-siap
aku menemui keadaan yang sangat ganjal, tiba-tiba banyak dokter muda (ah apakah
mereka magang ya ) datang berkerumun masuk ke ruangan kami, karena ruangan kami
termasuk kelas 3 mereka urut membacakan hasil diagnosa mereka, tapi entah
kenapa hanya satu yang berbicara dan lainnya mencatat aku tak paham dengan
istilah peristiwa itu namun yang membuatku begitu syok dan terpana adalah saat
mereka membaca diagnose atau semacamnya dengan bahasa kedokteran yang bahkan
sangat asing di telinga kami, mereka membacakan seperti angina lalu pergi begitu
saja sebelum kami menanyakan apa maksud perkataan mereka.
Aku masih tercenung meski beberapa detik telah berlalu,
bahkan saat warga mungkin sedang sedih
dan bahkan mungkin memikirkan biaya rumah sakit, mereka justru mengerumuninya dengan bahasa
kedokteran yang mungkin baru seumur hidup warga mendengarnya. Serta cepatnya mereka dalam membaca tak
memberi kesempatan kami untuk bertanya , alih-alih dijelaskan dengan bahasa
jawa (karena itu bahasa yang kami gunakan sehari-sehari). Atau setidaknya bahasa yang njlimet itu dicari padanannnya dalam bahasa jawa (haha tak bisa
kubayangkan ).
Apakah memang begitu prosedurnya, ataukah kegiatan itu bukan untuk pasien tapi untuk
dokter-dokter muda yang sedari tadi di belakang mencatatnya. Sayangnya Kami tak diberi pengertian mengenai itu.
Namun meski begitu kejadian ini memang ada baiknya, yakni
entah hasilnya bagaimana, entah itu keadaan yang seperti apa, warga tak begitu ambil pusing dengan peristiwa
secepat kilat yang baru saja terjadi . Mereka hanya memandangai dokter muda yang membacakan
dan setelah itu pergi, mereka juga tak ambil
pusing dengan semua itu. Namun kenapa aku sangat ingin tahu “sebenarnya apa
yang sedang mereka lakukan?”. Hmm Kepo deh kamu. O iya dong !
SOJ, setelah beberapa waktu mengendap di kepalaku, tertulis
tahun 2017