Kamis, 27 Juli 2017



Jangan Bingung di Rumah Sakit

Kunjunganku di rumah sakit ternama hari itu cukup memusingkan, pasalnya aku sempat kebingungan mencari ruang rawat inap saudaraku, selain karena terlalu besar ternyata aku turun di tempat yang salah.  Syukurlah ada perawat tampan yang bersedia menjawab pertanyaanku, setelah beberapa waktu aku memusingkan diri dengan petunjuk yang kukira-kira sendiri keabsahannya.
Setelah lama berjalan dengan petunjuk yang kubawa dari hasil menodong seorang perawat  tadi, akhirnya sampailah aku di ruangan yang kumaksud, aku juga sudah berhasil bertemu dengan saudaraku. Tapi dalam pikiranku berkecamuk berbagai hal bahkan hal yang bodoh sekalipun, seperti “ mengapa jalan di rumah sakit sangat licin? Padahal setiap orang yang ke sini rasanya hendak berlari-lari ingin segera  berjumpa dengan sanak saudara yang sakit, tapi karena lantai yang begitu  licin langkah kami tentu terhambat, karena kalau tidak,  siap-siap ditertawakan banyak orang.  Dokter maupun perawat sekalipun bukankah mereka juga seharusnya lari-lari takut pasien mereka kenapa-kenapa” namun jangan di anggap serius ini hanya praduga konyolku saja.
Setelah aku memutuskan untuk pulang, saat aku bersiap-siap aku menemui keadaan yang sangat ganjal, tiba-tiba banyak dokter muda (ah apakah mereka magang ya ) datang berkerumun masuk ke ruangan kami, karena ruangan kami termasuk kelas 3 mereka urut membacakan hasil diagnosa mereka, tapi entah kenapa hanya satu yang berbicara dan lainnya mencatat aku tak paham dengan istilah peristiwa itu namun yang membuatku begitu syok dan terpana adalah saat mereka membaca diagnose atau semacamnya dengan bahasa kedokteran yang bahkan sangat asing di telinga kami, mereka membacakan seperti angina lalu pergi begitu saja sebelum kami menanyakan apa maksud perkataan mereka.
Aku masih tercenung meski beberapa detik telah berlalu, bahkan  saat warga mungkin sedang sedih dan bahkan mungkin memikirkan biaya rumah sakit,  mereka justru mengerumuninya dengan bahasa kedokteran yang mungkin baru seumur hidup warga mendengarnya.  Serta cepatnya mereka dalam membaca tak memberi kesempatan kami untuk bertanya , alih-alih dijelaskan dengan bahasa jawa (karena itu bahasa yang kami gunakan sehari-sehari).  Atau setidaknya bahasa yang njlimet itu  dicari padanannnya dalam bahasa jawa (haha tak bisa kubayangkan ).
Apakah memang begitu prosedurnya, ataukah  kegiatan itu bukan untuk pasien tapi untuk dokter-dokter muda yang sedari tadi di belakang mencatatnya. Sayangnya  Kami tak diberi pengertian mengenai itu.
Namun meski begitu kejadian ini memang ada baiknya,  yakni  entah hasilnya bagaimana, entah itu keadaan yang seperti apa,  warga tak begitu ambil pusing dengan peristiwa secepat kilat yang baru saja terjadi . Mereka hanya memandangai dokter muda yang membacakan dan setelah itu pergi,  mereka juga tak ambil pusing dengan semua itu. Namun kenapa aku sangat ingin tahu “sebenarnya apa yang sedang mereka lakukan?”.  Hmm  Kepo deh kamu. O iya dong !

SOJ, setelah beberapa waktu mengendap di kepalaku,  tertulis tahun 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar