“Perempuan”
Sembab
dan hati menangis tanpa sebab
Kataku
“semua ini karena masa lalu yang biadab”
Lagi,
untuk kesekian kali meronta
Terbuka
dan luka menganga
Bak
tertabur garam di atasnya
Perih
dan berkecamuk sakitnya..
Aku
menelepon dengan geram
Tak
jua diangkat untuk membuat tenteram
Tapi
kau bilang “tunggu dulu sampai malam”
“Aish”
batinku…
Kamu
meminta aku menunggu..?
Lancang
kamu..
Membuat
seorang perempuan menunggu
Aku
bisa dengan gigih
Membuat
hati dan waktumu merintih
Selama
kau menunda selama itu pula kau menderita
Lalu
kau menyerah
Dengan
pasrah…
Lalu
dengan senyum menawan
Serta
rupawan
Membawaku
pergi dengan angin kencang…
Meriangkan
hati yang kepalang
Mentertawakan
bibir yang semula semacam radang
Menarik
simpul senyum yang semula hilang..
Dengan
cara apapun
Kamu
tetap tekun
Lantas
aku yang duduk di belakangmu tertegun
Kau
ini benar-benar pantas
Dan
lekas membuat panas menjadi lepas
Lalu
aku meminta pulang
Dan
kamu memandang
Sambil
berdendang
“Ah
perempuanku sudah senang”
Sederhana
kan perempuan ?
Timpalku
dengan candaan .
Surakarta, dengan riang aku berkata. Hari pers nasional
2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar