Aku tak tahu mengapa malam kerap
menghadirkan kegelisahan semacam ini. Rasa sepi yang muncul pada waktu petang
ini kadang menciptakan ruang untuk berdialektika dengan diri sendiri.
Kadangkala obrolan kami seputar kepayahan atau kekhawatiran-kekhawatiran wajar
yang timbul dari naik turunnya fase hidup, kadang bisa juga seputar hal-hal
konyol yang patut disesali juga kebahagiaan-kebahagiaan yang muncul dari rasa
syukur.
Dialektika yang seringkali
menumbuhkan keresahan ini adalah upaya yang baik untuk mengenal diri sendiri. Sama
seperti saat kita bercermin yang mana pada saat itulah kita berusaha memastikan
bahwa diri kita ini baik, ya minimal pantas dipandang orang, tapi dalam proses
bercermin itu kadang kita menemukan titik yang membuat kita tidak percaya diri
dan hal spontan yang akan kita lakukan adalah berusaha memperbaikinya.
Proses itu hanyalah dari sisi
tampilan yang mana seringkali kita agung-agungkan, padahal ada hal yang jauh
lebih penting untuk terus kita perbaiki yaitu hal yang ada dalam diri kita, mencakup
mental dan pikiran. Karena dari dua hal inilah kita mampu melahirkan cara
bersikap hingga menghasilkan keputusan-keputusan yang tepat.
Ada hal yang sangat kusesali di masa
lalu entah cara berpikirku, cara bersikapku hingga keputusan-keputusan yang aku
ambil. Penyesalan itu masih saja membuatku duduk lama dan bercermin. Melalui ingatan
yang tersisa, aku kerap memutar ulang
kesalahanku hingga membuatku bertanya pada diriku sendiri, juga menertawai
kekonyolan yang kubuat di masa dulu, namun tentu aku juga merasakan sakit yang
sama tapi setelah prosesi itu selesai aku cukup tenang dan membuatku memiliki
banyak pertimbangan agar tak membuat kegaduhan yang sama.
Sama seperti kita yang terluka atas
ucapan orang, yang mana dari luka-luka itu membuat kita jauh lebih berhati-hati
saat berbicara dengan orang. Kupikir ini adalah dampak baik bercermin. Membuat kita
lebih banyak pertimbangan untuk tak mengulang kesalahan yang kita lakukan, maupun
yang kita lihat, serta yang kita dengar kepada orang lain. Manusia memang tak ada
yang sempurna, tapi kalau kita terjebak dalam kesalahan yang sama itu agak
keterlaluan.
Aku sungguh bingung ingin bercerita
mengenai apa, ini hanyalah pembuka, lain kali aku akan lebih sering menulis. Selamat
malam, mari bercermin.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar