Sabtu, 12 Agustus 2017



Berdagang Sejak Era Soekarno, Bukti Usia Bukan Halangan untuk  Berwirausaha

Suasana pagi menjelang siang saat itu cukup mengeringkan kerongkongan, hal itu tergambar dari raut wajah perempuan baya berusia 86 tahun yang masih giat menunggu pembeli di warung lusuhnya, Sabtu, 01 Juli 2017. Tidak ada keluhan, dia hanya bersandar pada bangku di depan tokonya sambil meminum teh hangat.
            Tumpukan mi soun yang diikat rapi oleh tali ia jadikan satu dalam sebuah plastik,  tumpukan  itu telah ia bagi-bagi dalam takaran yang sudah ia timbang sebelumnya. Di sisi yang lain, ia juga menjajakan bahan makanan khas yang hampir tidak saya kenali yaitu kluwak, bahan makanan pendamping rawon ini tak begitu banyak menarik perhatian  justru terlihat seperti bebatuan kecil yang tertumpuk dalam sebuah ember.

Dagangan milik Ngaliyem (86), salah satu penjual di Pasar Legi Surakarta. Ia menjajakan mi soun, kluwak dan botol bekas di kiosnya yang kecil dan sempit./foto : Widy Hastuti Chasanah

Mbah Yem sapaan akrabnya, diusianya yang renta ia tetap semangat berjualan di Pasar Legi Surakarta, satu-satunya pasar yang belum direnovasi oleh pemerintah,  keluhnya di sela-sela perbincangan kami. Sambil menunjuki atap pasar yang sudah bocor dan kusam ia juga bercerita bahwa ia sudah berjualan sejak zaman pemerintahan Soekarno. Saat itu ia berjualan jamu dan gorengan. “Dulu dagangan  saya laris mbak, dulu juga banyak orang ke sini, sekarang pasar ini ya begini, sepi”  tuturnya.
Usia Bukan Halangan    
Perempuan yang bertempat tinggal di daerah Joglo ini tak mengeluhkan apa-apa mengenai kiosnya yang sempit dan kecil. Saat ditengah-tengah perbincangan kami ia mengaku bahwa ia enggan berjualan di pasar Joglo yang lebih dekat dengan rumahnya, ia lebih memilih berjualan di Pasar Legi, pasar yang dibangun sejak  tahun 1930-an. Hatinya telah menyatu dengan suasana pasar yang sudah kusam ini.  Bahkan tikus-tikus besar yang bermain di bawah kursinya sudah menjadi teman akrabnya sehari-hari. Kawan-kawan sebayanya juga sudah banyak yang pergi , namun ia masih setia selama lebih dari 50 tahun di Pasar Legi Surakarta.
Dalam sepak terjangnya berwirausaha ia tergolong pedagang yang tidak mudah menyerah, bahkan sampai usianya senja sekalipun ia tetap bersemangat berjualan. Dedikasinya begitu tinggi untuk dunia usaha , ia juga mengaku  kerap diminta berhenti berdagang oleh anak-anaknya karena tak tega melihat ibunya bekerja keras. Namun perempuan yang masih sehat  bugar di usia senja ini mengaku tak keberatan berjualan, ia justru senang karena memiliki kegiatan yang bermanfaat diusianya yang sudah tua, ia juga ingin mengajarkan kepada anak-anaknya bahwa berwirausaha itu kegiatan yang menyenangkan dan menjanjikan. Satu hal yang paling penting menurutnya adalah ia bisa memberi cucunya uang jajan, itu adalah hal yang menyenangkan menurutnya. 
“kula mboten purun leren , mboten nyaman teng griya, kula seneng enten kegiatan, kula pengen nguri-uri dagangan menawi saget diteruske anak-anak kula, kaleh  saget maringi putu kula duit jajan niku marai ati kula seneng ” ungkapnya dengan ramah.

Ngaliyem (86) salah satu pedagang  di Pasar Legi Surakarta, ia menceritakan pengalaman dan sepak terjangnya berjualan sejak era Presiden Soekarno sampai saat ini,  Saat ditemui Sabtu, 01 Juli 2017./ foto : Widy Hastuti Chasanah
Meski Pasar Legi kini kehilangan banyak pelanggannya, Ngaliyem (nama panjang Mbok Yem) tetap semangat berdagang. Selain berjualan mi soun dan kluwak ia juga berjualan botol bekas yang ia kumpulkan di rumah, dengan hasil yang tak seberapa ia tetap menyukai kegiatan itu. “Lumayan dari pada tidak punya pemasukan” katanya. 

Bersyukur dan Berdoa
            Berdagang bukanlah hal yang mudah, kadang naik dan kadang turun , kadang banyak pembeli dan kadang tidak ada sama sekali. Hal itu telah menjadi santapan sehari-hari Ngaliyem sehingga ia tak merasa kecewa atau khawatir meski seharian  tidak mendapat pemasukan apa-apa, ia juga mengungkapkan kunci ia bertahan dan tetap setia berdagang adalah dengan bersyukur dan berdoa di manapun kita berada
“wah  rahasia saya sehat dan masih berjualan itu cuma bersyukur dan berdoa, berdoa dan berdoa, mau tidur ya berdoa, mau berangkat kerja berdoa mau pulang juga berdoa, itu yang diajarkan orang tua saya dan saya lakukan sampai sekarang “ pungkasnya sembari menutup perbincangan.
Berjualan memang bukan hal yang mudah, pantang menyerah dan selalu bersyukur adalah kuncinya, sikap seperti ini tercermin dalam diri Ngaliyem, pedagang berusia 86 tahun yang mengabdi di pasar tradisional Pasar Legi Surakarta. Dengan kegigihan yang ia miliki, ia telah berhasil mendidik jiwa mandiri yang seharusnya dimiliki setiap manusia, ia membuktikan bahwa usia bukan halangan untuk tetap berwirausaha, untuk tetap bekerja dan untuk berkarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar