Berdagang Sejak Era Soekarno, Bukti
Usia Bukan Halangan untuk Berwirausaha
Suasana
pagi menjelang siang saat itu cukup mengeringkan kerongkongan, hal itu
tergambar dari raut wajah perempuan baya berusia 86 tahun yang masih giat
menunggu pembeli di warung lusuhnya, Sabtu, 01 Juli 2017. Tidak ada keluhan,
dia hanya bersandar pada bangku di depan tokonya sambil meminum teh hangat.
Tumpukan mi soun
yang diikat rapi oleh tali ia jadikan satu dalam sebuah plastik, tumpukan itu telah ia bagi-bagi dalam takaran yang sudah
ia timbang sebelumnya. Di sisi yang lain, ia juga menjajakan bahan makanan khas
yang hampir tidak saya kenali yaitu kluwak,
bahan makanan pendamping rawon ini tak begitu banyak menarik perhatian justru terlihat seperti bebatuan kecil yang
tertumpuk dalam sebuah ember.
Dagangan
milik Ngaliyem (86), salah satu penjual di Pasar Legi Surakarta. Ia menjajakan
mi soun, kluwak dan botol bekas di kiosnya yang kecil dan sempit./foto
: Widy Hastuti Chasanah
Mbah
Yem sapaan akrabnya, diusianya yang renta ia tetap semangat berjualan di Pasar
Legi Surakarta, satu-satunya pasar yang belum direnovasi oleh pemerintah, keluhnya di sela-sela perbincangan kami.
Sambil menunjuki atap pasar yang sudah bocor dan kusam ia juga bercerita bahwa
ia sudah berjualan sejak zaman pemerintahan Soekarno. Saat itu ia berjualan
jamu dan gorengan. “Dulu
dagangan saya laris mbak, dulu juga
banyak orang ke sini, sekarang pasar ini ya begini, sepi” tuturnya.
Usia
Bukan Halangan
Perempuan
yang bertempat tinggal di daerah Joglo ini tak mengeluhkan apa-apa mengenai
kiosnya yang sempit dan kecil. Saat ditengah-tengah perbincangan kami ia
mengaku bahwa ia enggan berjualan di pasar Joglo yang lebih dekat dengan rumahnya,
ia lebih memilih berjualan di Pasar Legi, pasar yang dibangun sejak tahun 1930-an. Hatinya
telah menyatu dengan suasana pasar yang sudah kusam ini. Bahkan tikus-tikus besar yang bermain di
bawah kursinya sudah menjadi teman akrabnya sehari-hari. Kawan-kawan sebayanya
juga sudah banyak yang pergi , namun ia masih setia selama lebih dari 50 tahun
di Pasar Legi Surakarta.
Dalam
sepak terjangnya berwirausaha ia tergolong pedagang yang tidak mudah menyerah,
bahkan sampai usianya senja sekalipun ia tetap bersemangat berjualan.
Dedikasinya begitu tinggi untuk dunia usaha , ia juga mengaku kerap diminta berhenti berdagang oleh
anak-anaknya karena tak tega melihat ibunya bekerja keras. Namun perempuan yang
masih sehat bugar di usia senja ini
mengaku tak keberatan berjualan, ia justru senang karena memiliki kegiatan yang
bermanfaat diusianya yang sudah tua, ia juga ingin mengajarkan kepada
anak-anaknya bahwa berwirausaha itu kegiatan yang menyenangkan dan menjanjikan.
Satu hal yang paling penting menurutnya adalah ia bisa memberi cucunya uang
jajan, itu adalah hal yang menyenangkan menurutnya.
“kula
mboten purun leren , mboten nyaman teng griya, kula seneng enten kegiatan, kula
pengen nguri-uri dagangan menawi saget diteruske anak-anak kula, kaleh saget maringi putu kula duit jajan niku marai
ati kula seneng ” ungkapnya dengan ramah.
Ngaliyem
(86) salah satu pedagang di Pasar Legi
Surakarta, ia menceritakan pengalaman dan sepak terjangnya berjualan sejak era
Presiden Soekarno sampai saat ini, Saat
ditemui Sabtu, 01 Juli 2017./ foto : Widy Hastuti Chasanah
Meski
Pasar Legi kini kehilangan banyak pelanggannya, Ngaliyem (nama panjang Mbok Yem)
tetap semangat berdagang. Selain berjualan mi soun dan kluwak ia juga
berjualan botol bekas yang ia kumpulkan di rumah, dengan hasil yang tak
seberapa ia tetap menyukai kegiatan itu. “Lumayan dari pada tidak punya
pemasukan” katanya.
Bersyukur dan Berdoa
Berdagang bukanlah hal yang mudah, kadang naik dan kadang
turun , kadang banyak pembeli dan kadang tidak ada sama sekali. Hal itu telah
menjadi santapan sehari-hari Ngaliyem sehingga ia tak merasa kecewa atau
khawatir meski seharian tidak mendapat
pemasukan apa-apa, ia juga mengungkapkan kunci ia bertahan dan tetap setia
berdagang adalah dengan bersyukur dan berdoa di manapun kita berada
“wah
rahasia saya sehat dan masih berjualan
itu cuma bersyukur dan berdoa, berdoa dan berdoa, mau tidur ya berdoa, mau
berangkat kerja berdoa mau pulang juga berdoa, itu yang diajarkan orang tua
saya dan saya lakukan sampai sekarang “ pungkasnya sembari menutup
perbincangan.
Berjualan
memang bukan hal yang mudah, pantang menyerah dan selalu bersyukur adalah
kuncinya, sikap seperti ini tercermin dalam diri Ngaliyem, pedagang berusia 86
tahun yang mengabdi di pasar tradisional Pasar Legi Surakarta. Dengan kegigihan
yang ia miliki, ia telah berhasil mendidik jiwa mandiri yang seharusnya
dimiliki setiap manusia, ia membuktikan bahwa usia bukan halangan untuk tetap
berwirausaha, untuk tetap bekerja dan untuk berkarya.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar