Kamis, 07 Desember 2017


Surat Kepada Pohon

Sengitnya mata rantai di tempat bernama dunia ini
Setelah hampir menjelang 20 tahun  lamanya
Aku dengan lugu dan polos mengandalkan takdir
Yang dengannya aku bisa secara kebetulan berjumpa denganmu
Itu ilusi dan itu tak sungguh nyata
Itu mimpi dan itu tak benar adanya
Itu gertakan diri dan hanya rasa hampa
Itu keinginan nurani yang tak kan kunjung ada
Kadang saat pulang kerja atau sehabis berkelana di bangku ajar
Dengan penat yang membuat peluh dan air mata bertaburan
Aku mengeluh juga mengumpat padamu
Kau ada tapi kau tak sungguh ada
Dan dalam dunia kaptalis ini
Aku benci cara kerja yang tak senonoh itu
Kau yang membuat semua ada
Dan kau tak bertanggung jawab hingga akhir
Itu penghianatan dan itu penindasan
Namun angin beberapa menit yang lalu
Juga Kejadian demi kejadian  janggal yang kuterima
Aku bisa memutuskan dengan lantang
Bahwa Aku merindukanmu
Dan sebenci apapun aku atas permainan kotor ini
Kau tetap ada dalam darahku
Dan menorehkan titik pada nurani
Bahwa kau tak layak dibenci
Kau tetaplah sebuah  pohon yang melemparkan buahnya ke penjuru seberang
Dan orang tak memahami serta tak pantas mengerti
Ah sudah….
Karena dengan tekun aku memarahi diriku
Kini aku paham garis yang tak boleh kusinggung
Dengan pencarian diri yang samar
Dengan gemontangnya angin yang menerpa
Kini aku berjumpa pada diriku yang baru
Yang sejatinya telah lama ada
Tapi tertutup kabut karena menyalahkanmu
Sudah redam semua kabut itu
Kini sudah redam

*Puisi yang tak berirama manis ini kupersembahkan pada satu-satunya laki-laki yang sungguh ingin kujumpai. Dan yang  kutunggu selama hidupku. Pada bulan desember dan  5 hari sebelum ulang tahunku


Tidak ada komentar:

Posting Komentar