Surat
Kepada Pohon
Sengitnya mata rantai
di tempat bernama dunia ini
Setelah hampir
menjelang 20 tahun lamanya
Aku dengan lugu dan
polos mengandalkan takdir
Yang dengannya aku bisa
secara kebetulan berjumpa denganmu
Itu ilusi dan itu tak
sungguh nyata
Itu mimpi dan itu tak
benar adanya
Itu gertakan diri dan
hanya rasa hampa
Itu keinginan nurani
yang tak kan kunjung ada
Kadang saat pulang
kerja atau sehabis berkelana di bangku ajar
Dengan penat yang
membuat peluh dan air mata bertaburan
Aku mengeluh juga
mengumpat padamu
Kau ada tapi kau tak
sungguh ada
Dan dalam dunia
kaptalis ini
Aku benci cara kerja
yang tak senonoh itu
Kau yang membuat semua
ada
Dan kau tak bertanggung
jawab hingga akhir
Itu penghianatan dan
itu penindasan
Namun angin beberapa
menit yang lalu
Juga Kejadian demi
kejadian janggal yang kuterima
Aku bisa memutuskan
dengan lantang
Bahwa Aku merindukanmu
Dan sebenci apapun aku
atas permainan kotor ini
Kau tetap ada dalam
darahku
Dan menorehkan titik
pada nurani
Bahwa kau tak layak dibenci
Kau tetaplah
sebuah pohon yang melemparkan buahnya ke
penjuru seberang
Dan orang tak memahami serta
tak pantas mengerti
Ah sudah….
Karena dengan tekun aku
memarahi diriku
Kini aku paham garis
yang tak boleh kusinggung
Dengan pencarian diri
yang samar
Dengan gemontangnya
angin yang menerpa
Kini aku berjumpa pada
diriku yang baru
Yang sejatinya telah
lama ada
Tapi tertutup kabut
karena menyalahkanmu
Sudah redam semua kabut
itu
Kini sudah redam
*Puisi yang tak
berirama manis ini kupersembahkan pada satu-satunya laki-laki yang sungguh
ingin kujumpai. Dan yang kutunggu selama
hidupku. Pada bulan desember dan 5 hari
sebelum ulang tahunku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar